Selasa, 31 Januari 2012

Gara-gara Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Ya, mungkin pribahasa itu buat aku. Hanya karena kesalahan kecil jadi berantem sama temen deketku, Gebby. Dia udah aku anggap sahabat, aku banyak cerita ke dia. Begitupun sebaliknya. Cuma gara-gara aku ngebajak twitter nya Gebby jadi marah sama aku. Sedih. Yang bikin aku makin sedih, dia doain orang yang ngebajak (aku) cepet putus sama pacarnya. Hey, kok jadi bawa-bawa pacar sih?

Kalo gebby mau bales bajak twitter aku, silahkan. Silahkan bajak sepuasmu. ku rasa itu akan terasa lebih impas daripada doain kayak gitu. Aku cuma bajak kayak biasa anak-anak bajak. Semacam "Aduh, ketek ku gatel." atau "yaallah, ngape pantatku gatal nih" Oke, kalo itu berlebihan, aku minta maaf. maaf sebesar besarnya. :'

Aku sebenernya juga gaada niat buat bajak twitter gebby, entah apa yang tiba tiba merasuki pikiranku sampe aku bajak kayak gitu. Maaf aku khilaf. Mungkin itu berlebihan, iya maaf. Penilaian orang beda-beda. Menurut aku itu biasa, banyak kan temen-temen yang bajak kayak gitu. Lagi pula, pasti penghuni twitter udah tau kalo itu bajakan. Secara logis, ga mungkin sang pemilik twitter asli menulis hal hal semacam itu.

Aku emang ada bilang ke gebby ga bajak twitter dia, ya aku salah. Ku akui itu. Aku khilaf, maaf. Maaf aku bohong. Maaf. Akhir-akhir ini aku sering labil. I don't know what's wrong with me. I just.......... Hah..


Bahkan aku juga tak mengerti isi pikiran ku, isi hatiku. Apalagi orang lain, terutama gebby. Mungkin saat aku bajak itu aku lagi merasa bosan dan ingin menghibur diri sendiri. Tapi caraku salah. Ya, aku salah. Cara ku menghibur diri ku sendiri malah menyakiti gebby. Maaf Gebby. :(

Tapi, masa cuma gara-gara ini persahabatan kita selama ini jadi rusak? Jadi hancur berkeping keping, melebur, bertaburan ditiup angin. Cari musuh mudah, cari sahabat susah. Maafin aku ya gebby. Aku harus gimana biar kamu mau maafin aku? Mau bajak twitter ku? Boleh, silahkan. Atau mau aku gimana? Sebisa mungkin aku lakuin, aku turutin.

Jujur, aku masih belum tau arti sahabat. Dan aku juga belum menemukan sahabat yang benar-benar sahabat buat aku. Maksudku, ya sahabat yang selalu ada buat aku. Yang mau mendengarkan segala keluh kesah ku. Yang mau menghiburku saat aku sedih, yang mau bersenang senang bareng. Sahabat yang bukan ada cuma pas butuh. Aku belum menemukannya. Atau sebenernya aku sudah menemukannya tapi aku tidak sadar. Atau sebenernya sahabat sejatiku itu ada di sekelilingku tapi sekarang ga deket sama aku, ga akrab. Atau sahabat sejatiku ada di belahan dunia yang berbeda dariku, dia jauh. Atau bisa jadi sahabat sejatiku itu orang yang aku bajak twitter nya, orang yang sedang marah pada ku di siang yang panas ini. Wallahu 'alam. Cuma Allah yang tau.

Dear Gebby,
Aku minta maaf kalo bajakan ku keterlaluan. Aku minta maaf kalo aku bohong. Aku minta maaf kalo omonganku gabisa dipegang. Kau boleh kok balas bajak twitterku, atau kau mau aku lakuin apa. Terserah. Itu akan lebih impas daripada kau doakan aku yang jelek gitu. Maaf ya Gebby, masa cuma gara-gara aku bajak kita berantem. Maafin aku ya gebby. Aku janji ga ngulangin lagi. Terserah sih kalo kau mau maafin aku apa ndak, mau percaya aku apa ndak. Tapi aku bener-bener minta maaf, aku bener-bener nyesel Aku minta maaf :( Semoga kita bisa baikan kayak biasanya. :')


                                 I'm So Sorry Gebby :'(((((


Sore ini rencananya aku mau ngagak gebby ke rumahnya. Aku mau minta maaf dan selesaikan masalahnya sampe bener-bener clear. Semoga Gebby mau maafin aku dan bisa baikan kayak biasa :') #PrayForSalma

Sabtu, 21 Januari 2012

PARFUM NINI-NINI

Aya Nini-nini naek lift ka lantai 6. PAs di lantai 3 aya gadis asup mani sareungit
Nini    : "Duh neng mani seungit!"
Gadis : "BULGARI ni hargana 2 juta sabotol"

Di lantai 4, aya deui gadis asup leuwih seungit ti nu tadi
Nini       : "Neng mani seugit!"
Gadis II : "Nya muhunda ieumah GUCCI ni, 5 juta sabotol oge

Nepi ka lantai 6 si Nini HITUT menimelekbek kacida bauna, Gadis-gadis nu dijero lift ampir-ampir kapiuhan Ceuk si Nini bari kaluar "tah ieumah hui "CILEMBU" neng, mungkin 20 ribu sakilo"

CIRCOL GITA's

Sebenernya gue udah janji sama temen gue si Gita bakal masukin Curcolan dia ke Blog gue, gapenting sih sebenernya tapi gapapalah bisa jadi kenangan kalau gue udah luls nanti. Tapi gue baru inget kalau buku yang isinya curcolan gita tinggal dikelas. Sebenarnya Gue gayakin sih tinggal dikelas, kebawa Gita, atau HILANG. Jadi karena gue udah janji sama Gita bkal masukin Curcolan ke Blog gue, gue kasi liat lewat foto aja ya. Kalau dari segi tulisan ntar deh tunggu bukunya ketemu dulu. hehehe...




sorry git, cuman ini aja yang bisa gue masukin, dan sorry juga buat yang mau baca curcolannya si Gita, tapi gajelas lewat foto+diedit, hehehe..
*keren juga ya editanya (‾¸‾)

#StandUpNite1 - Raditya Dika (Part 1 of 3)

Awalnya gue sama sekali gatau apa yang namanya StandUp Comedy. Gue taunya aja baru-baru ini. Tapi yang paling gue suka StandUp Comedy-nya Raditya Dika yang di video ini.

Check it Out:

PART 1




PART 2





PART 3




Semoga lo terhibur setelah melihat video ini ;)

Sabtu, 31 Desember 2011

MAKE A WISH 2012

hari ini tanggal 1 january 2012, gue harap ditahun ini gakayak ditahun kemaren diaman gue banyak ngelakuin kesalahn, maka dari itu, make a wish gue di TAHUN 2012:

1. makin PINTER
2. nurut sama orang tua
3. LULUS UJIAN DENGAN NILAI YANG TERBAIK
4. bisa diterima di SMAN 1 PONTIANAK
5. makin sholeh, makin alim.
6. makin cantik
7. dapet pacar sesuai dengan kriteria gue+langgeng *ahai
8. bisa ngeraih nilai tinggi tanpa menyontek
9. belajar bisa konsentrasi selalu
10. gasering kelai sama adek
11. makin banyak kawan
12. dapat rezeki yang lebih banyak daripada di tahun kemaren
13. gasering dimarahin guru
14. gasering dimarahin ortu
15. bisa mendapatkan semua apa yang gue inginkan
16. gamales belajar lagi
17. gamales sholat lagi
18. tetap baik hati, membantu dan tidak sombong
19. timbangan turun sesuai dengan keinginan gue
20. gampang kurus & gagampang gendut
21. doa gue selalu dikabulkan dengan Allah S.W.T
22. dll

munkin itu dulu make a wish gue ditahun baru ini 2012, semoga apa yang gue inginkan diatas tadi bisa terkabul,     AMIIIINNNNNN :')

Jumat, 02 Desember 2011

Read This (˘.˘ƪ )

When I got home that night as my wife served dinner, I held her hand and said, I’ve got something to tell you. She sat down and ate quietly. Again I observed the hurt in her eyes.
Suddenly I didn’t know how to open my mouth. But I had to let her know what I was thinking. I want a divorce. I raised the topic calmly.
She didn’t seem to be annoyed by my words, instead she asked me softly, “why?”
I avoided her question. This made her angry. She threw away the chopsticks and shouted at me, “You are not a man!” That night, we didn’t talk to each other. She was weeping. I knew she wanted to find out what had happened to our marriage. But I could hardly give her a satisfactory answer; she had lost my heart to Jane. I didn’t love her anymore. I just pitied her!
With a deep sense of guilt, I drafted a divorce agreement which stated that she could own our house, our car, and 30% stake of my company.
She glanced at it and then tore it into pieces. The woman who had spent ten years of her life with me had become a stranger. I felt sorry for her wasted time, resources and energy but I could not take back what I had said for I loved Jane so dearly. Finally she cried loudly in front of me, which was what I had expected to see. To me her cry was actually a kind of release. The idea of divorce which had obsessed me for several weeks seemed to be firmer and clearer now.

 The next day, I came back home very late and found her writing something at the table. I didn’t have supper but went straight to sleep and fell asleep very fast because I was tired after an eventful day with Jane.

When I woke up, she was still there at the table writing. I just did not care so I turned over and was asleep again.

In the morning she presented her divorce conditions: she didn’t want anything from me, but needed a month’s notice before the divorce. She requested that in that one month we both struggle to live as normal as possible. Her reasons were simple: our son had his exams in a month’s time and she didn’t want to disrupt him with our broken marriage.

This was agreeable to me. But she had something more, she asked me to recall how I had carried her into out bridal room on our wedding day.

She requested that every day for the month’s duration I carry her out of our bedroom to the front door every morning. I thought she was going crazy. Just to make our last days together bearable I accepted her odd request.

I told Jane about my wife’s divorce conditions. . She laughed loudly and thought it was absurd. “No matter what tricks she applies, she has to face the divorce.” She said scornfully.

My wife and I hadn’t had any body contact since my divorce intention was explicitly expressed. So when I carried her out on the first day, we both appeared clumsy. Our son clapped behind us, “Daddy is holding mommy in his arms.” His words brought me a sense of pain. From the bedroom to the sitting room, then to the door, I walked over ten meters with her in my arms. She closed her eyes and said softly; “don’t tell our son about the divorce.” I nodded, feeling somewhat upset. I put her down outside the door. She went to wait for the bus to work. I drove alone to the office.

On the second day, both of us acted much more easily. She leaned on my chest. I could smell the fragrance of her blouse. I realized that I hadn’t looked at this woman carefully for a long time. I realized she was not young any more. There were fine wrinkles on her face, her hair was graying! Our marriage had taken its toll on her. For a minute I wondered what I had done to her.

On the fourth day, when I lifted her up, I felt a sense of intimacy returning. This was the woman who had given ten years of her life to me.

On the fifth and sixth day, I realized that our sense of intimacy was growing again. I didn’t tell Jane about this. It became easier to carry her as the month slipped by. Perhaps the everyday workout made me stronger.

She was choosing what to wear one morning. She tried on quite a few dresses but could not find a suitable one. Then she sighed, “all my dresses have grown bigger.” I suddenly realized that she had grown so thin, that was the reason why I could carry her more easily

Suddenly it hit me… she had buried so much pain and bitterness in her heart. Subconsciously I reached out and touched her head.

Our son came in at the moment and said, “Dad, it’s time to carry mom out.” To him, seeing his father carrying his mother out had become an essential part of his life. My wife gestured to our son to come closer and hugged him tightly. I turned my face away because I was afraid I might change my mind at this last minute. I then held her in my arms, walking from the bedroom, through the sitting room, to the hallway. Her hand surrounded my neck softly and naturally. I held her body tightly, “it was just like our wedding day.”

But her much lighter weight made me sad. On the last day, when I held her in my arms I could hardly move a step. Our son had gone to school. I held her tightly and said, “I hadn’t noticed that our life lacked intimacy.”

I drove to office…. jumped out of the car swiftly without locking the door. I was afraid any delay would make me change my mind…I walked upstairs. Jane opened the door and I said to her, “Sorry, Jane, I do not want the divorce anymore.”

She looked at me, astonished, and then touched my forehead. “Do you have a fever?” She said. I moved her hand off my head. “Sorry, Jane, I said, I won’t divorce. My marriage life was boring probably because she and I didn’t value the details of our lives, not because we didn’t love each other anymore. Now I realize that since I carried her into my home on our wedding day I am supposed to hold her until death do us apart.”

Jane seemed to suddenly wake up. She gave me a loud slap and then slammed the door and burst into tears. I walked downstairs and drove away.

At the floral shop on the way, I ordered a bouquet of flowers for my wife. The salesgirl asked me what to write on the card. I smiled and wrote, “I’ll carry you out every morning until death do us apart.”

That evening I arrived home, flowers in my hands, a smile on my face, I run up stairs, only to find my wife in the bed - dead. My wife had been fighting CANCER for months and I was so busy with Jane to even notice. She knew that she would die soon and she wanted to save me from the whatever negative reaction from our son, in case we push thru with the divorce.— At least, in the eyes of our son—- I’m a loving husband….

Via Runi Fuadillah

 

Jumat, 30 September 2011

I'AM NOT PERFECT (¬_¬)

gue sekarang kelas 9 dan pastinya anak yang seumuran dengan gue akan mengalami hal yang sama dengan gue yaitu UJIAN ya UJIAN NASIONAL. gue tau kalau gue emang benar-benar harus belajar extra buat bisa ngeraih nilai yang tinggi, apalagi gue pengen banget bisa masuk SMA 1 PONTIANAK. nah disitu saingan buat gue masuk ke sekolah itu banyak bangeeettttt. mending saingannya yang setengah-setengah kayak gue, lah disana anak-anaknya pintar banget. selain itu orang tua gue juga ngotot banget supaya gue bisa masuk situ katanya kalau gue gabisa masuk disitu gue disuruh masuk SMA 3 PONTIANAK. diasana anak-anaknya juga pintar-pintar banget. dari sekarang orang tua gue nyuruh gue untuk belajar extra, tapi tau gak sih, dengan cara ini gue gaenak banget, gue ngerase gue terkurung banget dirumah. gue udah gaboleh main dirumah temen gue lagi dan gue juga gabole hang out bareng temen-temen gue lagi. gue hanya boleh keluar rumah kalau gue ke SEKOLAH sama LES doang. kerumah temen aja gue bolehnya kalau ada kerja kelompok aja, kalau buat main doang, hhhuuuuhhhh minta ijin aja gue males, karna gue juga udah tau kalau jawabannya NGGAK ! pengen banget seiap minggu gue bisa GOWES lagi bareng same temen gue, setiapa ada film bagus di XXI gue nontong bareng sama temen gue. temen - temen gue aja orang tunya gasegitunya kok, kenapa malah gue yang harus bernasib kayak gini ? gue pengen orang tua gue kayak orang tua lainnya, gak bersikeras keanaknya kayak gini. (╥﹏╥) apalagi bokap gue, di kelas 9 ini dia gaakan pernah lagi nganterin gue belajar kelompok dimah temen. sejauh apapun rumahnya tetep aja dia gamau. kalau aja gue bisa nyetir motor dengan benar sama bisa nyetir mobil, pasti guenya udah lari duluan. gatahan cuy kayak gini terus. gue gak seperfect yang lo mau.  (✖╭╮✖) orang tua gue bilang mereka gamaksa gue buat belajar, tapi dengan cara mereka kayak gini kan keliatang banget kalau mereka maksain gue buat belajar lebih tepatnye maksain gue buat pintar. kalau dari awal gue kayak gini, gimana pas ujiannya ? otak gue bisa capek duluan. gue pengen gue tuh belajarnya santai aja bisa refreshing kalau gue bener-bener mumet. tapi kenyaataanya malah kayak gini. yaudahlah maudiapain lagi coba ? semoga aja tahun ini sekolah gue LULUS 100% dan gue juga bisa LULUS DENGAN NILAI YANG TEBAIK, dan semoga juga gue bisa masuk SMA 1 PONTIANAK, AMIN ! AMIN YA RABBAL ALAMIN (˘⌣˘) (˘.˘ƪ )